Demi Sahabat
Aku melangkahkan kaki ku kedalam
rumah aku masih sedih dengan kejadian di sekolah tadi. Sahabatku yang biasa
kupanggil Lina, saat ingin pulang bersamaku ia tiba-tiba dipanggil ke ruang
kepala sekolah SD Permata Bintang, yaitu Mr. Marlan. Lina memintaku untuk
menunggu di luar ruangan kepala sekolah. Saat sedang berbicara dengan Melanie,
kudengar ada yang berkata begini.
“Lina kau tak bisa megikuti Ujian
Negara, karena menunggak SPP selama tiga bulan.” kata Mr.Marlan
“Apa?ja..ja..jadi sa..saya tidak
bisa mengikuti ujian negara? Jangan lakukan itu pak berikan saya waktu beberapa
minggu lagi pak. Saya mohon..”Pinta Lina
“Baiklah saya beri waktu seminggu.
Dan kalau kau menunggak sekali lagi kau tidak akan bisa mengikuti ujian negara.”Kata
Mr.Marlan
“Memangnya berapa jumlah uang
yang saya tunggak?”Tanya Lina
“Satu juta sembilan ratus ribu
rupiah. Kerena jumlah uang itu saya memanggilmu kesini. Itu jumlah uang yang
sangat besar nak.” Kata Mr.Marlan kembali
Muka Lina pucat seketika. “Sa..sa..satu
juta sembilan ratus ribu rupiah?”tanya
Lina lirih.
Aku terkejut. Ternyata sahabatku
yang yang sederhana ini mempunyai
masalah yang berat. Aku terus mendengar pembicaraan mereka.
“Ya nak. Saya harap kamu bisa
membayar SPP itu sekarang juga untuk orang tuamu....”
Mr.Marlan mengeluarkan sesuatu dari laci mejanya.
“Ini surat untuk orang tuamu. Sampaikan
kepada mereka ya.”Kata Mr.Marlan
“Terima kasih atas
informasinya. Saya pamit dulu
Assalamuallaikum.”Pamit Lina
“Waalaikumsalam.” Sahut Mr.Marlan.
Sehabis keluar dari ruang kepsek Lina tampak terisak dan spontan aku
memeluknya.
“Sabar ya Lin. Ini pasti cobaan dari Allah untuk kamu, kalo kamu
jalaninya dengan kesabaran insya Allah cobaan ini akan di mudahkan oleh Allah.”Nasihat
ku
Kulihat Lina tetap terisak di
pelukanku. Aku menuntunya untuk pulang. Aku berjalan kaki bersama Lina.Aku
terus menghiburnya sampai akhirnya dia menghapus air matanya dan mencoba untuk
tidak menangis. Tapi tetap saja dia terlihat murung. Aku mengantarkannya sampai
di rumahnya. Di rumah kontrakan yang terlihat sangat sederhana. Dia melambaikan
tangannya dan mengucapkan salam.
Aku pun membalas salam dan lambaian tangannya.
Eh kenalkan dulu, namaku Lidia
Chintya Bella putri. Panggil aku Lidia ya...
Kembali ke cerita. Sesampainya
dirumah ku aku langsung melepas sepatu kets ku dan menaruhnya di rak sepatu. Aku
menyambar sandal rumahku dan berlari ke lantai 2. Aku menuju kamarku yang
kubagi dengan kakakku yang bernama
Laudya Salsabilla putri yang biasa kusapa dengan kak Laudya. Tapi,biar singkat
sekarang kupanggil kak Billa aja.
Sampai dikamar aku langsung
menaruh tas di sofa kamarku, dan tasku kuletakan di sebelah tas kak Billa yang
sedang chatingan di laptopnya. Memang kelas 3 SMP memang diliburkan hari ini. Aku
mengambil baju dan berganti baju di kamar mandiku. Selesai ganti baju aku
langsung menyambar pensil dan diariku dan menulis sesuatu di diariku. Mau tahu
apa yang ku tulis?
Kali ini boleh ngintip deh.
Dear Diary,
Hari ini aku sangat sedih
karena sahabat ku gak boleh ikut ujian gara-gara nunggak SPP. Aku ingin
menolongnya tapi bagaimana? Aku tak bisa membujuk Mama untuk mengeluarkan uang
yang banyak. Juga Papa. Bulan gajian kan masih 3 bulan lagi sedang waktu yang
diberikan kepala sekolah hanya seminggu. Ya walaupun aku orang yang lumayan
mampu tapi keterlaluan dong kalo kita tiba-tiba minta ke mama kita kita bilang
‘ma,minta duit dong.’kan sama aja ngemis itu.Ya itu aja lah keluhan ku dah...
Lidia Chintya Bella Putri
Aku menutup diariku, tapi
bersamaan dengan itu aku mendapat ide. Langsung aku teriak ke kakak.
“KAKAK!!!!TOLONG AMBILIN
CELENGAN HATIKU DONG AKU PUNYA IDE UNTUK MASALAHKU.!!!!!!!!!” Teriakku keras.
“Oke oke, ngapain sih pake
teriak – teriak?”tanya kakak seraya mengambil celengan hatiku.
“Hehehe sory ya, peach. Sahutku sambil mengacungkan tanda
peach.”
Dia pun kembali chattingan.
“Dasar tu anak. Chattingan
mulu...”Gumamku.
‘Apa katamu ?dasar?gak sopan ya ni anak.”Kata
kak Billa sambil melemparku denagan penghapus.Dan sialnya aku menoleh dan
penghapus itu tepat mengenai mata kiriku.
“Aduh.Kakak nih iseng.”Ucapku
sambil menampar halus pipi kakak.
Eh kok malah jadi berantem
balik ke cerita.
Nah ideku adalah membuka
celenganku dan menghitung jumlah uangnya.
Dan huahhhhhh......Uangnya
passs satu juta sembilan ratus ribu rupiah.
Emang sayang sih. Uang sebanyak
itu kan bisa dielikan sesuatu. Tapi, demi sahabat.Aku rela melakukan apa saja.
Besoknya pas masuk sekolah aku
menaruh tasku disebelah tas lina dan mengeluarkan amplop yang berisi uang dan
memberikanya kepada Lina.
“Apa ini?” Tanya Lina sambil
membuka amplop itu dan menoleh kearahku.
Aku hanya tersenyum.”Buka saja.”kataku.
Lina membukanya dan seketika mulutnya menganga.
“Ini untukku?”tanyanya. Aku
mengangguk.
“terima kasih Lidia kamu sahabat terbaik yang kupunya.
Teriaknya histeris sambil menangis dan juga memelukku.Akupun membalas
pelukannya.
“Aku ke ruang Kepsek dulu ya.” Pamitnya. Aku menggangguk.Sampai disana ia
memberikan uangnya dan masuk kekelas yaitu 6c dan segera duduk dibangkunya
karena sudah bel.
Tiba-tiba dia mengacungkan kelingkingnya kepadaku dan berkata ‘‘Friends
forever?’’.Aku membalasnya dan berkata “Forever’’.Kami tertawa dan berpelukan.
Aduh kayak Teletubies nih terharu.^_^