Om Asra, adik Ibu, hari ini meramaikan rumah karena dia cuti dari pekerjaannya. Om Asra adalah pilot yang bekerja di maskapai garuda. Om Asra tinggi tegap, matanya tajam, raut wajahnya tegas, dan suaranya berat menentramkan. Om Asra ikut membantu membesarkanku sebelum dia menjadi pilot. Dia mengajarkanku untuk tidak takut menaiki pesawat, karena pesawat jatuh saat aku menaikinya menjadi mimpi terburukku.
"Om.." Om Asra mengalihkan pandangan dari TV yang mengicaukan berita berita sore.
"Kenapa, Frey?" Aku diam sebentar, teringat pada Rayz yang bercita - cita menjadi pilot. Mimpinya itu sangat besar dan dipegang teguh olehnya.
"Kalau temanku yang cita - citanya jadi pilot aku ajak ketemu sama Om boleh, nggak?" Tanyaku ragu. Om Asra mengerenyit sebentar lalu tersenyum hangat.
"Boleh aja. Laki - laki?"
"Iya, Om. Namanya Rayz."
"Rayz?"
"Nama aslinya Ray, tapi semua orang memanggilnya Rayz." Jelasku ringkas menghilangkan kerut bingung di wajah tegas Om Asra.
"Gebetan?"
"Apaan sih, Om." Aku melempar bantal ke arah Om Asra yang tergelak - gelak. Tapi aku juga membayangkan wajah sumringah Rayz ketika dia bisa bertemu pilot asli. Gemuruh petir memecah lamunanku dan aku harus menghadapi ejekan Om Asra yang tidak akan ada ujungnya.
-Rain-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar